Suatu
malam, ketika karyawan lain telah pulang, Saya tengah memaparkarkan pendekatan
saya terhadap satu perusahaan rokok terkemuka, dan kemudian tiba-tiba Ibu Susan
berkata,
"Waduh,
kog punggungku gatal ya?"
Saya
masih berusaha menahan diri untuk tidak terlalu cepat menolongnya, takut nanti
dianggap kurang ajar!
Semakin
lama gatalnya sepertinya semakin bertambah,
"Tolong
Dik Uki, bisa garuki punggung Ibu?"
Saya
mengangguk dan berusaha membuang pikiran kotor saya, yang ingin sekali rasanya
mengetahui lebih dalam bentuk tubuh boss yang cantik dan keturunan bangsawan
ini..
Saya
garuk pelan-pelan, tapi lebih tepatnya hanya mengusap-usap punggungnya saja,
takut kalau Ibu Susan kesakitan.
"Dik
Uki, agak keras dikit, masih gatal lho Dik", pinta Ibu Susan.
Dan
saya agak sedikit memantapkan tangan saya dipungungnya.
"Dik
Uki, masih belum terasa, sebentar saya buka dulu blazer saya."
Dia
langsung membuka blazernya, sehingga tinggalblouse-nya yang putih dan
transparan.
Waduh
semakin tidak tahan nih saya, karena kulit tengkuknya yang mulus dengan sedikit
rambut lembut yang tergerai di tengkuknya (Dia kalau ke kantor selalu rambutnya
disanggul di atas), semakin menambah feminin, dan semakin membikin saya
langsung terangsang.
Saya
menggaruknya tetap tidak mau keras dan masih cenderung mengusap atau membelai
punggungnya, karena saya menikmati kehalusan kulit seorang bangsawan yang
berada dibalik bajunya yang tipis. Saya usap seluruh punggungnya dengan pelan,
ke atas dan ke bawah, ke kiri dan ke kanan, terkadang tangan saya, saya
telusupkan di bawah ketiaknya, untuk menggapai payudara yang di depan.
Dia
menengadahkan kepalanya, dan menggeleng-gelengkan kepalanya ke kiri dan ke
kanan, sambil suaranya mendesah,
"Uuhh
enak Dik Uki.. enaakk..uuhh.."
Mendengar
desahannya yang merangsang, rudalku langsung tegak bak tugu Monas.
Sekujur
tubuhku mulai menggigil dan seperti dialiri setrum listrik yang halus merambat
di sekujur tubuh dan terpusat di kemaluanku. Tenggorokanku terasa kering, dan
susah bicara, karena nafsuku yang langsung menggebu.
Baru
kali ini saya bisa menikmati tubuh seorang bangsawan yang bersih, terhormat dan
sangat terjaga dari tangan laki-laki lain, selain suaminya.
Karena
Dia duduk membelakangiku yang berdiri sambil memijit-mijit punggungnya, batang
kemaluanku langsung kutempelkan di punggungnya yang lembut seperti sutera.
Kugesek-gesekkan batang kemaluanku ke punggungnya
dengan pelan. Dan Dia berkali-kali melenguh,
dengan pelan. Dan Dia berkali-kali melenguh,
"Uughh,
enachh Dik, enaak, terus Dik."
Dia
membimbing tanganku untuk mengusap dua gunung kembar yang kencang dan kenyal.
Kuusap payudaranya dengan lembut, kucium tengkuknya dengan lembut, dan
kugesekkan batang kemaluanku ke pungungnya dengan lembut.
Aku
sangat tahu, kalau melayani tipe wanita seperti Dia ini harus dengan lembut dan
dengan menggunakan perasaan.
Kucium
tengkuknya dengan lembut, Dia sekali lagi menengadahkan kepalanya ke atas,
matanya sambil terpejam, dan bibirnya yang tipis terbuka sedikit, dan mulutnya
hanya bergumam, "Emm." Aku tahu itu artinya dia sangat menikmati.
Tanganku,
kuusapkan dengan lembut di sekeliling payudaranya, dan kulingkari masing-masing
payudaranya dengan kedua tanganku, sengaja aku tidak sentuhkan tanganku ke
pentilnya, untuk memberikan sensasi yang sangat halus dan perlahan.
Beberapa
kali tanganku mengitari sekeliling payudaranya, kemudian perlahan-lahan tanganku
kutarik untuk mengusap pipinya. Kutengadahkan wajahnya, dan kucium keningnya
dengat lembut sekali. Aku bisa rasakan kelembutan nafasnya diwajahku, bibirnya
yang tipis masih mengeluarkan gumaman yang lembut,
"Dik
Uki.. emm.. eemm.."
Dengan
perlahan aku membalikkan badan Dia ke arahku, dengan cara memutar kursinya, dan
saya membimbing dia untuk berdiri dengan perlahan, kini aku dan Dia sudah
berhadapan, sama-sama berdiri, dadaku menempel ke dadanya, dan aku bisa
merasakan kekenyalan susunya, dan saya membayangkan betapa indahnya bukit
kembarnya.
Tanganku
kudekapkan ke pinggangnya, dan telapak tanganku kuusapkan ke pantatnya yang
juga sangat indah dan kencang. Tangannya memegang pundakku dengan lembut,
kepalanya sudah menengadah ke atas, dan tatapan matanya.. waduh, jernih dan
indah menatap mataku tanpa berkedip. Kusentuh bibirnya dengan lembut, kuusapkan
perlahan bibirku ke bibirnya. Dia memberikan reaksi dengan mengencangkan
dekapannya ke pundakku dan dadanya ditempelkanlekat ke dadaku, tanganku
kudekapkan semakin erat ke pantatnya dan agak kutarik ke atas pantatnya,
sehingga kakinya agak diangkat ke atas. Waduh ciumannya sangat lembut, perlahan-lahan
kuusapkan lidahku ke lidahnya, dia memberikan reaksi yang sama, menyapukan
lidahnya ke seluruh mulutku. Tanganku mulai mengusap-usap punggungnya naik
turun dengan lembut. Aku menikmati sekali kehalusan kulit punggungnya.
Setelah
aku puas menciumi bibir, wajah dan pipinya, ciumanku perlahan-lahan
kuarahkan
ke lehernya. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya ke kiri
dan
ke kanan, matanya masih terpejam menikmati, nafasnya agak memburu, dan mulutnya
masih bergumam,
"Mmm..
uhh.."
Ciumanku
mulai bergeser ke bawah, ke belahan dadanya. Kancing blousenya yang di depan
dengan mudah kubuka satu persatu, sehingga tersingkap sudah BH hitam yang
menyangga dua buah
payudaranya yang padat, bulat, kenyal, bersih dan ranum. Kuciumi lehernya dengan sangat lembut, ke pundaknya, bergesar turun ke sebelah atas payudara yang tidak ditutup BH. Dia semakin menengadahkan kepalanya, punggungnya juga semakin melengkung ke belakang, kedua tangannya memegang kepala saya
dan sedikit meremas rambut saya, tandanya semakin menikmati gaya permainanku.
payudaranya yang padat, bulat, kenyal, bersih dan ranum. Kuciumi lehernya dengan sangat lembut, ke pundaknya, bergesar turun ke sebelah atas payudara yang tidak ditutup BH. Dia semakin menengadahkan kepalanya, punggungnya juga semakin melengkung ke belakang, kedua tangannya memegang kepala saya
dan sedikit meremas rambut saya, tandanya semakin menikmati gaya permainanku.
Kedua
tanganku memegangi dibawah kedua ketiaknya, biar Dia tidak terjerembab ke
belakang, tapi bibirku masih mengusap daerah leher dan di atas payudara.
Aku
sengaja memperlama untuk menyentuh payudaranya, apalagi pentilnya.
"Diik..Ukii..
uugghh.. sstt", sambil mulutnya berdesis kenikmatan.
Blousenya
yang masih menempel di pundaknya perlahan-lahan kulepaskan, sehingga pemandangan
kemulusan dan kemolekan tubuh Dia terpampang jelas di hadapanku, dan terkena
sinar lampu down light kekuningan yang berada di langit-langit tepat di atas
kami berdua, menambah romantisnya suasana malam
itu yang tidak akan pernah kulupakan. Sekali lagi tanganku kugunakan meremas sebelah pinggir dari payudaranya, dan tampak bahwa payudaranya sudah mulai mengeras.
itu yang tidak akan pernah kulupakan. Sekali lagi tanganku kugunakan meremas sebelah pinggir dari payudaranya, dan tampak bahwa payudaranya sudah mulai mengeras.
Tanganku
mengusap punggungnya dengan perlahan sambil membuka tali BH yang ada di
punggungnya. "Click" sekali jentik langsung terbuka pengait BH-nya. dengan
pelan kuturunkan tali BH yang ada di pundaknya, akhirnya BH-nya kulepas.
Woow,
terlihat pemandangan indah sekali, dua gunung kembar yang kuning dan bersih
dengan puncaknya yang kecil yang sudah berdiri tegak. Aku sudah sangat terangsang
tapi aku tidak boleh gegabah. Kuusap payudaranya dari sebeleh bawah dengan
tangan kananku, tangan kiriku masih mendekap punggungnya untuk menjaga agar Dia
tidak terjatuh, dan kucium payudaranya, berkeliling mengitari pentilnya, dan
tangan kananku masih mengusap-usap sebelah luar payudara, tapi dengan gaya agak
memeras. Kedua tangan Dia memegang erat pundakku tanda sudah semakin gemes,
untuk dicium pentilnya.
Karena
aku sudah merasa waktunya tepat, maka dengan lembut kukulum pentilnya.
Dan
reaksinya,
"Aaaughh,
uuhh..ss.. uuhh",
Dia
melenguh-lenguh dan mendesis-desis keenakan, seakan-akan yang dinantikannya
telah tiba. Meskipun kondisinya sangat terangsang, tapi lenguhan itu tetap
lembut dan terdengar lirih. Kukulum pentilnya, kugesek-gesek pentilnya dengan
lidahku, dan kugigit lembut pentilnya, tanganku tetap meremas-remas lembut
payudaranya.
Setelah
aku puas mempermainkan pentilnya kiri dan kanan bergantian, kulepaskan bibirku
dari susunya, dan kugeserkan mulutku ke bawah ke seputar perutnya yang datar
dan mengeluarkan aroma parfum yang lembut dan semerbak.
Ketika
mulutku terlepas dari susunya, Dia kelihatan menghela napas lega dan baru bisa
bernafas dengan tenang. Aku menciumi perutnya dengan agak sedikit jongkok.
Kucium pusarnya, dan kujilati pusarnya dengan lidahku.
Dia
menggelinjang kegelian. Karena terlalu lama berdiri atau karena sudah sangatterangsang,
Dia sudah tidak kuat berdiri dan dia bergeser ke belakang duduk di meja
kerjanya. Aku berdiri dengan kedua lututku dan aku tetap jilati pusarnya dan
perutnya. Dia menggelinjang kegelian, dan mengusap-usap rambut kepalaku dengan tidak
beraturan, terkadang meremas, menjambak dan mengusap rambutku. Sehingga rambutku
sangat kacau.
Puas
dengan permainan perut, Dia kurebahkan di meja kerjanya. Untungya meja kerja
Dia cukup besar. Kupelorotkan rok bawahannya, sekaligus dengan CD-nya. Sekarang
tampak di hadapanku seorang putri yang kuning, bersih, dengan kaki dan betis
yang aduhai indah, terbujur pasrah di hadapanku.
Kunikmati
tubuh Dia sebentar, karena selama ini aku hanya bisa membayangkan keindahan
tubuhnya, tanpa berharap untuk dapat memandangnya. Tapi ternyata malam ini apa
yang kudapatkan jauh dari yang kubayangkan. Seorang wanita dengan tubuh montok
dan kuning mulus, dengan kaki dan betis ramping. Dua buah dada yang tidak
terlalu besar, tapi bulat, padat dan kencang, sehingga cocok dengan kesan
payudara seorang putri. Bentuk lengan dan bahu yang padat bulat dan berisi.
Dia
telentang di atas meja di hadapanku, aku masih berdiri.
Aku
mencium pipinya sekali lagi dengan lembut, kuusap payudaranya dengan lembut.
Kedua tangan Dia merangkul leherku dengan erat. Kedua kakinya bergerak-gerak dengan
halus pertanda sangat terangsang. Perlahan-lahan tanganku kugerakan dari
susunya turun ke perutnya. Kuusap sebentar perutnya dan bergerak turun ke bawah
mengusap pahanya. Paha yang selama ini hanya bisa kupandang. Aku usap pahanya
naik turun dengan tetap mulut kami masih saling memagut.
Erangan-erangan
kecil keluar dari mulut Dia, "Ugh.. ugh.. emm.. emm.."
Tanganku
bergerak dari sekitar pahanya terus mengusap sekitar bibir kemaluannya.
Dengan
perlahan kedua kaki Dia mengembang, memberi kesempatan tanganku untuk mengelus
kemaluannya.
Tetapi
kemaluannya belum kuelus, hanya kedua selangkangan saja yang aku belai dengan
kedua jari telunjuk dan jari manis bersama-sama. Kuelus selangkangannya naik
turun, dan Dia menambah kecepatan gerakan kakinya. Dengan pelan Dia mengangkat
pantatnya, sehingga kemaluannya juga ikut naik. Aku tahu ini pertanda agar aku
dapat segera mengelus kemaluannya. Kuusap pelan dan dengan jarak sentuhan yang kubuat
serenggang mungkin antara bibir kemaluannya dan telapak tanganku, membuat
gelinjang Dia menaikkan kemaluannya untuk menyentuh tanganku semakin tinggi.
Kubelai
rambut kemaluannya yang lembut, tipis dan tertata rapi. Setelah puas memainkan
sekitar kemaluannya, dan liang kemaluan Dia sudah semakin terbuka dan semakin
basah. Kusentuh klitorisnya dengan sedikit ujung dari jari tengahku dengan
lembut dan.. "Uuhhgh", lenguhan Susan kenikmatan.
Gerakan
kakinya sudah semakin tidak teratur. Tiba-tiba tanganku dijepit dengan kedua
pahanya.
"Diik
Ukii.. aakkuu.. nggakk.. taahh.."
Kemudian
tangannya menarik punggungku sebagai bertanda agar aku segera menaiki
tubuhnya. Kutarik kedua kakinya ke arah pinggir meja, sehingga kedua kakinya terjuntai, kemudian Dia membuka kedua selangkangannya dengan tidak sabar. Aku sempat memandangi kemaluannya, dan seakan liang kemaluannya merah seperti bibir gadis yang memakai lipstik yang sedang merengek.
tubuhnya. Kutarik kedua kakinya ke arah pinggir meja, sehingga kedua kakinya terjuntai, kemudian Dia membuka kedua selangkangannya dengan tidak sabar. Aku sempat memandangi kemaluannya, dan seakan liang kemaluannya merah seperti bibir gadis yang memakai lipstik yang sedang merengek.
Kugesekkan
batang kemaluanku pelan-pelan ke bibir kemaluannya, dan Dia mengerang lagi,
"Uugghh..
uughhg.."
Kumasukkan
dengan pelan batang kemaluanku ke liang kemaluannya. Belum sampai habis masuk
semua, kutarik kembali dan
kumasukkan
kembali. Dengan gesekan-gesekan yang pelan tersebut membuat erangan Dia semakin
tidak beraturan.
Untuk
melayani tipe seperti Dia ini, kugunakan gaya gesekan 5:1, artinya lima kali
keluar masuk setengah batang kemaluan, baru sekali masuk seluruh batang
kemaluan. Dan pada saat masuk yang seluruh batang kemaluan, erangan Dia semakin
hebat. Dengan gaya lembut dan 5:1 ini kami bisa saling
menikmati.
menikmati.
"Uuugghh..
acchh.. Diikk.. Ukii.. ucchh.. sstt.. uhh.."
Erangan
erangan yang tidak beraturan tetapi artinya hanya satu yaitu Enak.
Sambil
kugenjot pelan batang kemaluanku, kedua tanganku dengan leluasa meremas kedua
susunya, yang bergerak-gerak naik turun tergantung sodokanku.
Kadang-kadang
tanganku mengusap wajah dan pipinya, kadang-kadang mengusap perutnya.
Setelah
cukup lama aku melakukan genjotan 5:1, tiba tiba kedua paha Ibu Susan diangkat
dan dililitkan ke pinggangku. Kedua tangannya mendekap diriku, mulutnya sedikit
menganga dan mendesis..
"Diikk..Uuu..Ki..
saa..yaa saampaaii.. uuhhff."
Kupegangi
pinggangnya untuk menekan liang kemaluannya ke batang kemaluanku. Setelah Dia
selesai mengejang dan nafasnya tersengal-sengal, aku mulai lagi dengan genjotan,
tetap dengan gaya 5:1.
Dia
melenguh, "Uuff.. uff.. uuff.. Dik Uki beluumm yaa. Ayo donk.. uff.. uff jangan
ditahaan.. uuff.. ugh.."
"Sebentar
Bu!" kataku.
"Dik..
uhff, ceepetan dikit.. Dik.. ughf.. uhfgg.. aa.. ku mau uhgf uff uff..
keeluar.. laa.. ggii.."
"Sebentar
Bu, aku juga sudah.. mma.. uu.. saammpai.."
Tiba-tiba
ada aliran listrik menjalar dari ubun-ubun turun ke arah kemaluanku dan
semakin-lama semakin mengencang. Batang kemaluanku seakan balon yang ditiup dan
mau pecah.
"Aachghh..
accghh.. Buu.. Sussann.. aku mmau keluarr.." Dia memegang erat tubuhku dan
"Crret.. crrett.." keluar semua cairan yang ada di seluruh tubuhku
dan "Aaachh.."
Kami
berdua terkulai lemas dengan badan penuh keringat dan nafas terengah-engah.
"Dik
Uki, makasih ya Dik, kamu telah memberi saluran yang selama ini tersumbat."
Aku
sangat puas malam itu, karena aku tidak dapat membayangkan, ternyata aku bisa
menikmati tubuh seorang wanita terhormat, yang selama ini orang luar sangat
menghormatinya, tapi ternyata malam ini dia begitu pasrah menyerahkan tubuhnya
kepadaku.
Jam
telah menujukkan pukul 22.00 ketika permainan kami usai, dan kami berdua
segera
masuk ke toilet untuk membersihkan dan merapikan badan kami masing-masing.
Dan
sebelum pulang aku mendapat tugas baru dari Dia, yaitu membantu membersihkan
cairan yang membasahi meja kerja Dia, dan membantu merapikannya. Sambil
merapikan mejanya aku berbisik ke telinga Dia,
"Bu
meja ini dirapikan ya.. karena besok malam mau dipakai lagi",
Dia
hanya tersenyum dan mencubit mesra lenganku.
Hal
tersebut kuulangi setiap ada kesempatan, baik di kantor ataupun di hotel, tapi
rahasia tersebut tidak terbongkar dan kami saling menjaga rahasia.
Dan
kalau pagi hari, Dia kembali memerankan perannya sebagai atasan yang berwibawa,
profesional, tetapi kalau malam, melenguh-lenguh dan menggelinjang-gelinjang di
bawah selangkanganku.
Untuk
lebih mengakrabkan hubungan kerja di kantor, teman-teman kantor
mengadakan
acara pergi bersama ke tempat santai, yaitu di daerah pegunungan yang berhawa dingin.
Semua teman-teman kantor pada ikut, tidak terkecuali Dia.
Namun
aturannya, bahwa semua karyawan dan karyawati harus ikut dan tidak boleh bawa
pacar, biar lebih bebas (pada saat itu kami semua belum berkeluarga, kecuali
Dia tentunya). Hanya Dia saja yang diperkecualikan untuk membawa keluarga
(dalam hati aku sangat kecewa, karena tidak bisa bebas
mendekati Dia, karena takut ada suaminya).
mendekati Dia, karena takut ada suaminya).
Pada
hari Jum'at sore, setelah selesai tutup kantor, kita semua sudah berkumpul di
kantor untuk berangkat ke Puncak. Semua yang berangkat ada 17 orang cowok-cewek
termasuk aku, dan Dia bersama suaminya dengan membawa 2 anak kecil, yang
ternyata keponakan Dia. Dalam hatiku kejengkelan
bertumpuk, karena Dia sudah bawa suami, tambah keponakan lagi, wuaahh repot, pikirku saat itu. Untuk membawa ke Puncak, sudah dipersiapkan tiga mobil Panther yang dipakai oleh karyawan dan satu Kijang yang dipakai oleh keluarga Dia, masing-masing mobil sudah disediakan supir.
bertumpuk, karena Dia sudah bawa suami, tambah keponakan lagi, wuaahh repot, pikirku saat itu. Untuk membawa ke Puncak, sudah dipersiapkan tiga mobil Panther yang dipakai oleh karyawan dan satu Kijang yang dipakai oleh keluarga Dia, masing-masing mobil sudah disediakan supir.
"Kalau
3 mobil nggak cukup, satu orang boleh dech ikut saya, atau biar Dik Uki saja
yang ikut mobil saya", kata Dia kepada teman-teman, matanya sambil
melihatku.
"Cerdik
juga boss yang satu ini", pikirku, dan sangat halus sekali triknya.
Agar
Dia tetap dekat denganku, tapi tidak terlalu mencolok, makanya pura-pura
menawarkan tetapi langsung
menutup penawaran kepadaku.
menutup penawaran kepadaku.
"Ayo
siapa yang ikut mobil Dia, biar aku yang di Panther aja", kataku pura-pura
menawarkan kepada teman-teman, karena aku tahu, pada tidak ada yang berani satu
mobil dengan Dia, rata-rata
mereka pada sungkan.
mereka pada sungkan.
"Udah
dech, biar Uki aja yang ikut, sekali-kali kita kerjain, biar tahu rasa, gimana
rasanya satu mobil dengan Dia, mungkin sampai di tempatnya UKi sudah tegang
nggak bisa bergerak", kata Nancy temanku sambil tertawa kecil mau
mengerjai aku.
"Ya
bener, sampai di tempat aku bisa tegang, tapi bukan tegang karena sungkan, tapi
tegang karena nggak
tahan aja berdekatan dengan Dia", kataku dalam hati, dan yang tegang hanya tertentu saja, tidak seluruh badan.
tahan aja berdekatan dengan Dia", kataku dalam hati, dan yang tegang hanya tertentu saja, tidak seluruh badan.
"Jangan
aku dong, yang cewek aja", pintaku berpura-pura.
Tapi
teman-temanku langsung lari berebut mobil masing-masing, an akhirnya aku jalan
juga ke mobil Dia, dan sekali lagi pura-pura mengumpat mereka.
Suami
Dia hanya senyum-senyum melihat kelakuan kami. Oh ya, aku belum kenalin sama
suami Dia. Namanya sebut saja Pak Jimmy, orangnya besar, gagah dan ganteng
(kata teman-teman cewek) dan agak pendiam. Wajahnya mirip dengan Rudi Salam.
Pak Jimmy duduk di jok depan dengan supir. Sedangkan Dia, kedua keponakan yang
masih kecil dan aku duduk di jok tengah. Jok belakang penuh dengan
perbekalan. Begitu aku duduk di mobil, pertama yang kulakukan adalah mempelajari situasi mobil. Posisi kaca spion, dan posisi duduk supir dan posisi duduk Pak Jimmy. Sekiranya memungkinkan untuk melakukan serangan awal terhadap Dia.
perbekalan. Begitu aku duduk di mobil, pertama yang kulakukan adalah mempelajari situasi mobil. Posisi kaca spion, dan posisi duduk supir dan posisi duduk Pak Jimmy. Sekiranya memungkinkan untuk melakukan serangan awal terhadap Dia.
Dan
ternyata masih memungkinkan kalau hanya sekedar serangan-serangan
ringan. Sorry agak kampungan sedikit melakukan serangan ringan di mobil, habis kukira siapa pun akan sayang membiarkan tangan ini tidak bersinggungan dengan kemulusan tubuh Dia yang memang sintal, padat dan berisi.
ringan. Sorry agak kampungan sedikit melakukan serangan ringan di mobil, habis kukira siapa pun akan sayang membiarkan tangan ini tidak bersinggungan dengan kemulusan tubuh Dia yang memang sintal, padat dan berisi.
Di
perjalanan, Pak Jimmy banyak membaca buku, jadi tidak banyak pembicaraan kami
dengan Pak Jimmy. Dia duduk di sebelah kanan, aku duduk di sebelah kiri, dan
kedua keponakan duduk di antara kami. Sehingga kami cukup leluasa kalau hanya
melakukan cubitan-cubitan kecil di pinggang Dia, kadang sedikit elusan di
pantatnya, maupun pinggangnya. Tapi sebaliknya, tangan Dia terkadang juga
memberikan cubitan halus di pinggangku. Dan setiap kali aku dicubit, rudalku
langsung sudah siap mencari sasaran (maklum usia masih dalam taraf Pandangan
Hidup!Baru memandang sudah hidup).
Setiap
kali kusentuh pinggang atau pantatnya, kelihatan Dia agak menghela nafas, dan
wajahnya menunjukkan sedikit tegang. Memang kuakui kalau Ibu Susan itu tegangan
tinggi juga. Tidak ada yang istimewa yang perlu diceritakan dalam perjalanan,
karena jarak kantor kami dengan Puncak tidak lebih dari 50 km, sehingga
perjalanan cukup ditempuh tidak lebih dari 40 menit.
Menjelang
Maghrib kami semua sudah sampai di Hotel, setelah mandi dan istirahat sebentar,
malam kita gunakan untuk bercanda ria dan menikmati santap malam Kambing Guling.
Kami semua menikmati acara tersebut, kecuali Pak Jimmy. Dengan alasan
mengantuk, maka Pak Jimmy tidak ikut bersama-sama dengan kami.
Dia
lebih suka makan di kamar dan akhirnya tertidur. Tinggallah kami semua dan Dia
bercanda ria.
Setelah
selesai makan, kami berpencar berkelompok-kelompok. Ada yang bercerita berkelompok,
ada yang jalan-jalan menikmati malam, dan ada yang sekedar memainkan gitar,
dengan lagu-lagu tahun 70-an.
Dia
memberi kode ke aku untuk mendekat, dan dia berbisik,
"Dik
Uki, anterin saya jalan ya."
"Lha
Pak Jimmy?" tanyaku terkejut.
"Udah
dech, nggak usah pikirin Pak Jimmy, dia sudah tidur."
"Bu,
Pak Jimmy bener sudah tidur?" tanyaku menyelidik.
"Ya
begitulah suamiku, dia lebih suka menyendiri dan pasti dia sudah tidur",
kata Dia.
Kami
berjalan berdua, dan kami saling membisu. Aku masih diliputi perasaan takut
kalau suaminya tahu, dan pikiranku terus berputar, kuajak kemana ibu Susan ini.
"Kalau
tahu kita berdua gini, gimana Bu", tanyaku memecah kebisuan.
"Dik
Uki nggak usah takut, dia percaya kok sama kamu, dikirain kamu kan masih kecil,
masak mau ngapa-ngapain sama aku."
"Ya
masih kecil, tapi si kecil ini kan sudah bisa gede, dan bisa membuat anak
kecil", jawabku menggoda.
Dia
hanya terseyum dan mencubit pinggangku. Kutangkap tangannya dan kutarik
badannya, sehingga kami jalan berdekapan.
Aku
berjalan di sebelah kiri Dia, sehingga tangan kananku dengan leluasa mendekap
pundak Dia, untuk melindungi dari hawa malam yang cukup dingin. Kami berdua
berjalan, aku tahu betul liku-liku jalan di Puncak ini, maka kubawa Dia di
tempat yang sangat aman. Kudekap badannya, kubelai-belai
punggungnya, sambil sesekali kucium telinganya. Perempuan cantik ini mendesah mengeratkan dekapannya ke tubuhku.
punggungnya, sambil sesekali kucium telinganya. Perempuan cantik ini mendesah mengeratkan dekapannya ke tubuhku.
Tangan
kiriku mengusap-usap buah dadanya yang kenyal dan padat di balik baju
sweaternya, dan sedikit kuremas, sedangkan tangan kananku untuk meremas pantatnya
yang bundar dan padat. Ciumanku berkali-kali kudaratkan pada tengkuk dan
belakang telinganya. Turun ke pipi, dan akhirnya kami saling berhadapan dan
berdekapan. Kuciumi dengan halus pipinya, turun ke bibirnya. Kukulum lidahnya,
dan bibir kami saling berpadu. Nafas kami berdua sudah mulai tidak beraturan.
Kedua
tanganku kudekapkan erat di punggung Dia, tangan kiriku kugunakan untuk
mendekap pantatnya dan sedikit kutekan, sehingga kekenyalan batang kemaluanku
dapat dirasakan oleh kewanitaannya, dan aku mulai geser-geserkan kemaluanku di
kewanitaannya. Sedangkan tangan kananku kutelusupkan di bawah
sweaternya, untuk mengusap kulit punggungnya yang halus, lembut dan sudah mulai hangat oleh birahi.
sweaternya, untuk mengusap kulit punggungnya yang halus, lembut dan sudah mulai hangat oleh birahi.
Udara
malam semakin dingin, tetapi badan kami berdua sudah semakin panas. Kami berdua
sudah tidak tahan untuk tidak menyelesaikan permainan ini, karena serangan-serangan
awal sudah dimulai sejak tadi sore, ketika dalam perjalanan.
"Dik
Uki kita cari tempat yang enak aja Dik", bisik Dia sambil mendesah menahan
birahi.
"Nanti
kelamaan, Bu? gimana kalau Pak Jimmy bangun?"
"Dik
Uki tenang saja, suamiku itu kalau tidur lama kok, dan nggak pernah bangun, dan
nanti seandainya bangun, gampang kok aku cari alasan."
"Oke
dech Bu, yuk kita jalan."
Aku
bimbing Dia ke arah hotel yang dekat. Aku tahu persis tempat di sini yang
nyaman buat bossku yang cantik. Hanya lima menit perjalanan kaki kami sudah
sampai di hotel yang mungil, tapi sangat bersih dan aman. Kami memesan kamar yang
nyaman. Petugas receptionist sepertinya mengerti benar kebutuhan kami. Tidak
banyak pertanyaan dan langsung mengantar ke kamar yang kami maksud.
Di
dalam kamar, setelah pintu kami kunci, Dia langsung melepaskan baju sweaternya.
Sehingga tinggallah kaus singlet yang tipis dengan belahan dada agak lebar.
Dipadu dengan celana jeans ketat di bawah lutut, sehingga pinggulnya kelihatan
sangat bundar dan padat.
Kami
berdua langsung berdekapan. Nafas kami berdua sudah memburu. Wajah
Dia
agak menengadah, menunggu ciuman. Matanya sedikit terpejam dan bibirnya yang
tipis sedikit terbuka. Kulumatkan bibir tipis yang sedikit terbuka. Kuhisap
lidahnya, kumainkan lidahnya dengan lidahku dan kueratkan dekapanku di
punggungnya.
Lama
kami menikmati ciuman itu. Baru setelah aku puas menikmati bibir yang tipis,
kugeserkan mulutku turun ke lehernya. Aku sangat menikmati ciuman di leher ini.
Karena menurutku leher Dia itu sangat seksi. Lehernya agak tinggi, dengan kulit
yang mulus, dan padat berisi. Sehingga lidahku menari-nari di lehernya.
"Uhf..
uuhh.. sstt, Diikk Uki, awaas hati-hatii, janggann sampai membekas.."
Nafas
Mbak Tatik mulai tidak teratur. Dia ini kalau penampilan luar sangat anggun dan
tenang, tetapi kalau birahinya sudah mulai naik, dia bisa sangat liar, meskipun
tidak sampai teriak-teriak. Dan bossku ini memiliki
tegangan sangat tinggi. Baru disentuh sedikit saja, nafasnya sudah tidak karuan.
tegangan sangat tinggi. Baru disentuh sedikit saja, nafasnya sudah tidak karuan.
"Mmeemm,
jangan khawatirr.. Buu", jawabku menenangkan.
Ciumanku
sudah mulai turun ke sebelah atas dari buah dadanya. Kuciumi ke dua buah
dadanya yang ranum, meskipun masih terhalang kaos dan BH. Dia semakin
menengadah, dan kepalanya mendongak ke belakang, dengan mata terpejam, dan
mulut masih bergumam.
"Emm..
uugghh.. Diikk Ukii.. uugghh.."
Kelihatannya
Dia sudah mulai tak sabar, dia lepaskan sendiri singletnya, kemudian BH-nya
juga dilepaskan sendiri. Sehingga dengan jelas kedua bukit bundar, kencang,
dengan kedua putingnya yang bulat kecil berwarna coklat yang sudah tegak. Kedua
susunya bergoyang-goyang sebagai akibat goyangan
badannya yang mulai terangsang hebat. Tiba-tiba tangan kanannya memegang kemaluanku yang dari tadi sudah tegak, dan meremasnya karena sudah gemes.
badannya yang mulai terangsang hebat. Tiba-tiba tangan kanannya memegang kemaluanku yang dari tadi sudah tegak, dan meremasnya karena sudah gemes.
"Uuhh,
mm.. janngan kenceng.. kenceng dong umm, Sakiitt.. mm", teriakku masih
sambil menciumi perutnya.
"Sstt..
ggeemess kok.. Diik.. ugghh.."
Karena
Dia sering menggerak-gerakkan badannya ke belakang, dan sering mendongak, maka
susunya terlihat bergoyang-goyang, tapi aku harus menahan badannya dengan kuat
supaya tidak jatuh ke belakang. Kuhela Dia dengan kedua tanganku, dan Dia
mendekapkan kedua tangannya di leherku, dia tersenyum
menggoda, kucium susunya, dan sekali lagi dia menggelinjang. Kutidurkan Dia dengan perlahan di atas ranjang.
menggoda, kucium susunya, dan sekali lagi dia menggelinjang. Kutidurkan Dia dengan perlahan di atas ranjang.
Dia
masih memejamkan matanya. Kucium sekali lagi bibirnya, sambil kuusap pipinya
dengan tangan
kananku. Aku masih menikmati bibirnya, tapi tanganku sudah mulai bergeser ke lehernya, turun ke bawah, melingkari lingkaran luar susunya. Kuremas-remas susunya dengan lembut. Dia semakin menggelinjang. Tangan kirinya mendekap leherku, dan tangan kanannya menjambak-jambak rambutku. Kedua kakinya
bergerak-gerak tidak karuan di atas ranjang, membuat spreinya sudah tidak beraturan lagi.
kananku. Aku masih menikmati bibirnya, tapi tanganku sudah mulai bergeser ke lehernya, turun ke bawah, melingkari lingkaran luar susunya. Kuremas-remas susunya dengan lembut. Dia semakin menggelinjang. Tangan kirinya mendekap leherku, dan tangan kanannya menjambak-jambak rambutku. Kedua kakinya
bergerak-gerak tidak karuan di atas ranjang, membuat spreinya sudah tidak beraturan lagi.
Ciumanku
kugeser ke leher, dan terus turun ke bawah, kulingkari kedua payudaranya dengan
ciumanku. Aku cium payudara kiri, sedangkan payudara yang sebelah kanan tetap
kuremas-remas dengan tangan kananku.
"Uuughh..
hh.. sstt.." desis Dia menahan rangsangan.
Kuhentikan
ciumanku sebentar, karena aku mau melepaskan Jeans-nya. Gila, sepasang kaki
indah dibalik celana jeans mulai kelihatan. Kuturunkan perlahan-lahan celana jeans-nya,
dan akhrinya CD-nya juga kuturunkan sekalian. Nampaklah kemaluan Dia yang padat
berisi dengan belahan indah di tengahnya. Rambut halus dan hitam pekat
menghiasi kemaluannya, kontras dengan warna kulit kemaluannya yang
kuning langsat.
kuning langsat.
Aku
kembali menciumi sekeliling pusarnya, dan kumainkan pusarnya dengan lidahku,
sementara tangan kananku membelai kedua pahanya, yang padat dan mulus.
Kuusap-usapkan dengan lembut kedua pahanya, dan selangkangannya.
Selangkangan
yang kanan dengan jari manis, dan selangkangan kiri dengan telunjuk, kuusapkan
secara bersama-sama. Kulingkari sekitar kemaluannya dengan jari-jariku. Aku
selalu menghindari untuk menyentuh
klitorisnya sampai menunggu waktu yang tepat.
klitorisnya sampai menunggu waktu yang tepat.
Kedua
kakinya bergoyang-goyang tidak karuan, pinggulnya juga bergoyang-goyang naik
turun, minta klitorisnya disentuh, tapi aku tetap hanya menyentuh tepian dari
kemaluannya dengan lembut. Setelah puas menciumi pusarnya, kunaikkan bibirku
kembali menciumi lingkaran susunya, baru setelah puas, bibirku
kusentuhkan dengan pentilnya, bersamaan dengan jari tengahku menyentuh klitorisnya.
kusentuhkan dengan pentilnya, bersamaan dengan jari tengahku menyentuh klitorisnya.
Menerima
perlakuanku seperti itu, dia langsung menarik nafasnya lega, seakan terpenuhi
apa yang diharapkan selama ini, sampai melenguh,
"Uuugh
nikmat Dikk Ukii.. uughh.. enakkghk sekali..hhnn sstt.."
Bersamaan
dengan lenguhan tersebut, Dia mengeratkan dekapannya di leherku, dan tanganku
dicepitnya dengan kedua kakinya. Liang kemaluannya telah sangat basah dan sudah
sangat merekah, seakan-akan sudah menunggu pisang yang akan dilahapnya.
Aku
masih mengulum pentilnya bergantian kiri dan kanan, sementara ujung jari tengah
tangan kananku masih membelai-belai kitorisnya dengan lembut.
Dalam
mengusap klitoris ini harus hati-hati, jangan sampai penuh dengan tekanan, hal
ini sangat disukai oleh Dia. Kedua kakinya sudah tidak menjepit tangan kananku
lagi, tetapi sudah telentang, sehingga liang
kemaluannya merekah dengan lebar, dan tanganku dengan leluasa mengusap klitorisnya dan bibir kemaluannya.
kemaluannya merekah dengan lebar, dan tanganku dengan leluasa mengusap klitorisnya dan bibir kemaluannya.
"Uuughhff..
uugghh eff.. Diikk..Ukii.. eennaakk.. sekalii.. Diikk.. uugghff.."
Lenguhannya
yang manja, dan merengek-rengek semakin menambah naiknya birahiku.
Aku
terus mempermainkan ujung jari tengahku di klitorisnya, dan kurasakan
kewanitaannya semakin basah.
"Diik..
Ukii.. uugghff masukiin, Dik.. akuu sudaah tiidakk tahaan.. uugghhff.."
Rengeknya
dengan memelas, kuhentikan ciumanku dan kuhentikan juga usapan di klitorisnya.
Aku berdiri dengan kedua lututku di antara selangkangannya, kuletakkan kedua
kaki Dia di pundakku, dengan perlahan-lahan kuusapkan kepala kemaluanku dengan
bibir kemaluannya. Kelihatannya dia sudah tidak sabar untuk menerima batang
kemaluanku di liang kemaluannya, karena kedua tangannya memegang pantatku dan
menekan pantatku masuk ke lubang kemaluannya.
Kumasukkan
perlahan-lahan batang kemaluanku memasuki laing kewanitaannya.
Mulai
dari kepala terus perlahan akhirnya sampai mentok habis ke pangkalnya.
Dia
sangat menikmati masukan pertama batang kemaluanku. Pada saat batang kemaluanku
memasuki lubang kewanitaannya dengan perlahan, dia sangat menikmati dan
mengerang dengan lenguhan yang tak berarti.
"Uuugghh..
uuhhgghh",
seakan-akan
merasa sangat lega, bagaikan orang haus di padang pasir, diberi air es yang sangat
dingin.
"Uugghh..
eehh.."
Kugeser-geserkan
batang kemaluanku ke seluruh permukaan liang kemaluannya ke kiri dan ke kanan.
Tetap dengan gaya yang khusus buat Dia, yaitu 5:1.
Pada
saat 5 tusukan pertama, di mana hanya setengah batang kemaluan yang masuk ke
liang kemaluan, dia menikmati rangsangan yang ada sekeliling permukaan liang
kemaluan, maka dia hanya bergumam, "Eeemm eemm.. sstt.. eemm.." namun
pada saat 1 tusukan terakhir, di mana seluruh batang kemaluan masuk
ke dalam dan menyentuh dasar liang kemaluannya yang menikmatinya dan mengencangkan jepitan lubang kemaluannya ke batang kemaluanku, kedua kakinya menjepit leherku, dan kedua tangannya meremas sprei dengan kencang, dan semua badannya kelihatan mengejang, dan keluar lenguhan berat dari mulutnya
ke dalam dan menyentuh dasar liang kemaluannya yang menikmatinya dan mengencangkan jepitan lubang kemaluannya ke batang kemaluanku, kedua kakinya menjepit leherku, dan kedua tangannya meremas sprei dengan kencang, dan semua badannya kelihatan mengejang, dan keluar lenguhan berat dari mulutnya
"Uughh..uugghh..
ennaggk Diikk..Uki.. eennakgg.."
Kami
terus gunakan gaya 5:1 ini berulang-ulang sampai akhirnya..
"Diikk..
Uki.. akuu suudahh tiidaak kuatt..akuumauu.. keeluuarr.."
"Seebenntarr..
Buu, aakuu.. juggaa mauu keleuaarr.." jawabku.
Dan
untuk menjaga agar kami tetap keluar bersama, maka aku sedikit kencangkan
genjotanku ke liang kemaluannya, dan tiba-tiba.. liang kemaluan Dia bergerak-gerak,
menghisap batang kemaluanku. Nah ini yang kutunggu, hisapan dan sedotan liang
kemaluannya sangat kuat di batang kemaluanku, dan tiba-tiba..
"Diikk..
Ukii.. aakuu keluuarr.." dan dalam waktu yang bersamaan, batang kemaluanku
juga terasa mau jebol dan.."Aauughh.. crreett.. creett.. creet", tumpah
semua cairan di tubuhku di liang kemaluannya,
dan liang kemaluannya masih bergerak-gerak menghisap batang kemaluanku dan memberikan sensasi yang tidak dapat terlupakan.
dan liang kemaluannya masih bergerak-gerak menghisap batang kemaluanku dan memberikan sensasi yang tidak dapat terlupakan.
Badan
kami berdua lemas sekali dan berkeringat. Aku suka sekali melihat badannya
basah oleh keringat, menambah keseksian tubuhnya. Kami berdua berdekapan
sebentar, dan akhirnya bersiap-siap kembali ke teman-teman.
Semenjak
saat itu tidak ada tempat yang tidak kami coba untuk jelajahi, untuk melepas
kerinduan kami "menjelajahi" tubuh masing-masing! Sampai sekarang,
saya telah menjadi salah seorang direktur dan mendapatkan saham yang cukup lumayan!
Hidup adalah seperti roda, saya telah mengalaminya!
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar